
Ketika Luka Modric bergabung dengan Real Madrid pada musim panas 2012 dari Tottenham Hotspur, banyak yang meragukan keputusannya. Pada musim pertamanya, Modric bahkan sempat dinobatkan sebagai rekrutan La Liga terburuk oleh salah satu media olahraga Spanyol. Gelandang asal Kroasia itu dinilai tak mampu beradaptasi dengan tempo permainan Madrid.
Namun, keraguan itu tidak berlangsung lama. Luka Modric mulai menunjukkan kualitasnya. Ia memiliki visi bermain yang tajam, kontrol bola luar biasa, dan kemampuan membaca permainan yang menonjol. Perlahan, ia salah menjadi satu pemain paling penting di lini tengah Real Madrid.
Modric memainkan peran besar dalam kesuksesan Madrid di Eropa. Ia membantu klub meraih empat gelar Liga Champions antara 2014 hingga 2018. Penampilan terbaiknya hadir di musim 2017/2018, saat ia membawa Madrid juara dan Kroasia ke final Piala Dunia. Ia pun meraih Ballon d’Or 2018, mengakhiri dominasi Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo.
Duetnya bersama Toni Kroos dan Casemiro menciptakan lini tengah paling solid di Eropa. Modric juga dikenal sebagai pemain yang disiplin dan pekerja keras. Kepemimpinannya di lapangan membuatnya dihormati rekan-rekan dan penggemar.
Kini di usia 39 tahun, Modric masih berseragam Real Madrid. Meski tak lagi menjadi pilihan utama, ia tetap menjadi sosok penting. Perannya sebagai mentor bagi pemain muda sangat berharga bagi tim.
Modric membuktikan bahwa kerja keras dan tekad mampu menampilkan persepsi. Dari pemain yang sempat dicemooh, ia kini menjadi legenda Santiago Bernabéu. Kisahnya menginspirasi banyak pemain muda di seluruh dunia.